Mengetahui kejadian tersebut bahwa sebagian wilayah Madura telah dikuasai pihak Belanda, Komandan Resimen Letkol. R. Chandra Hassan segera membentuk Komandan pertahanan dan pertempuran (COPP) yang tak lain dimaksudkan untuk mengakomodir dan menginventarisir seluruh kesatuan dan badan-badan perjuangan rakyat yang masih tersisa seperti Hibullah, Sabilillah, Pesindo dsb untuk bergabung dengan angkatan bersenjata R.I
Setelah Pamekasan diduduki oleh pasukan Belanda, Pada malam harinya Pasukan Mangkoediningrat beserta Hisbullah dan Sabilillah mengadakan serangan pembalasan dan berakhir dengan baik. Namun pertahanan tersebut hanya bersifat sementara sebab pihak Pasukan Belanda terus mendatangkan bantuan baik berupa senjata dan kebutuhan pokok lainnya sehingga Pihak Belanda pun dapat menguasai derah Pamekasan kembali. Akhirnya pusat pemerintahan R.I di Madura ditempatkan di Pangantenan. Disaat Masa-Masa perjuangan tersebut Madura sedang dilanda Musim Paceklik, namun semangat perjuangan rakyat Madura tetap membara, Di desa Klampar, Morsomber Plakpak terjadi peristiwa pertempuran yang sengit. Laskar Pasukan Sabilillah yang dipimpin langsung oleh H. Zali terus berjuang untuk mempertahankan kesatuan R.I dari kekuasaan Belanda. Dalam perjuangan tersebut tak hanya kaum laki-laki namun juga kaum wanita pun ikut berjuang meskipun hanya menggunakan senjata seadanya. Korban Jiwa pun tak terelakkan dalam pertempuran yang cukup lama, sebanyak 110 orang pejuang R.I gugur sebagai kusuma bangsa, begitu juga di pihak Belanda yang tak terhitung jumlahnya.
BERSAMBUNG
kepustakaan :
Sedjarah Madura Selajang Pandang, Drs. Abdurrachman, mei 1971, Perc the sun Sumenep
foto oleh http://geheunvannederland.nl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar