Minggu, 11 Desember 2011

Komplikasi Demam Tifoid

Demam tifoid memang merupakan penyakit infeksi yang sering dijumpai di Indonesia. Menurut surveilans Departemen Kesehatan kita, kejadian demam tifoid meningkat dari tahun 1990 yang hanya 9,2 per 10.000 penduduk menjadi 15,4 per 100.000 penduduk pada tahun 1994. Sebagian penderita memang kelompok remaja dan usia muda.

Demam tifoid disebabkan kuman, dan kuman masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman. Sebenarnya, lambung kita mampu mematikan sebagian kuman tifoid ini, tetapi jika jumlah banyak, kuman yang tak berhasil dimatikan akan beredar ke seluruh tubuh melalui darah. Timbullah gejala demam dan kadang nyeri perut. Masa inkubasi penyakit ini 10 sampai 14 hari.


Tifoid toksik
Gambaran klinis demam tifoid dapat bervariasi, dari penyakit ringan sampai penyakit yang berat. Tifoid toksik merupakan gambaran klinis yang berat. Tifoid toksik sebenarnya sudah agak jarang dijumpai, tetapi keadaan tersebut dapat terjadi karena pengaruh faktor kuman dan respons imun tubuh penderita.

Dibandingkan dengan negara tetangga, kejadian demam tifoid di negeri kita masih lebih tinggi. Mungkin ini berkaitan dengan upaya kita untuk menjaga kebersihan diri dan kebersihan makanan yang belum optimal.

Jika diperhatikan di Malaysia, Singapura, dan Thailand, pengawasan terhadap kebersihan makanan dijalankan secara teratur. Di negeri kita, banyak orang yang makan di luar rumah termasuk di kaki lima, dukungan untuk kebersihan makanan di kaki lima ini belum dijalankan dengan baik.

Di sekolah ada kantin sekolah, tetapi kebersihannya belum terjaga dengan baik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pernah melakukan pembinaan terhadap kantin sekolah di sekolah dasar di Kampung Melayu, Jakarta. Tujuannya adalah agar makanan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan gizi anak dan dihidangkan dalam lingkungan yang bersih.

Institut Pertanian Bogor juga sudah lama menggagas kantin sekolah yang sehat. Mudah-mudahan Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Kesehatan dapat menindaklanjuti rintisan ini.

Masyarakat sendiri perlu mengamalkan hidup bersih. Sering mencuci tangan dan mengonsumsi makanan yang bersih, tak tercemar kuman. Salah satu kekurangan pedagang makanan di pinggir jalan adalah air bersih. Mungkin dinas kesehatan dapat membantu sehingga cemaran kuman dan virus terhadap makanan jajanan dapat dikurangi.

Vaksinasi
Setelah menderita demam tifoid, penderita akan mengalami kekebalan terhadap kuman tifoid. Namun, hanya sebagian saja penderita yang mempunyai kekebalan. Sebagian lain tidak sehingga dapat terjadi infeksi demam tifoid berulang. Untuk mencegah penularan demam tifoid, di samping hidup bersih dapat juga dilakukan vaksinasi tifoid. Dewasa ini, di Indonesia tersedia vaksin tifoid suntikan. Vaksinasi harus diulang tiap tiga tahun.

Dengan meningkatnya keinginan melakukan wisata kuliner, risiko penularan penyakit yang ditularkan melalui makanan akan meningkat. Karena itu, sudah waktunya dinas kesehatan meningkatkan kegiatan pembinaan pedagang makanan agar mampu menyediakan makanan yang bebas kuman penyakit. Di restoran yang mewah sekalipun keamanan makanan tetap harus dijaga. Para penyaji makanan hendaknya harus bebas dari kuman tifoid agar tak menularkan ke pelanggan.

Di luar negeri juga ada aturan khusus untuk menjamin keamanan makanan. Salah satu upaya para pengolah dan penyaji makanan mendapat vaksinasi demam tifoid. Peningkatan angka kejadian demam tifoid di masyarakat patut menjadi perhatian kita semua.

Kita perlu berhati-hati memilih makanan dan minuman, para pedagang menjaga makanan yang disajikan agar bersih, serta dinas kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan.

Dr.Samsuridjal Djauzi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar